TPost — Kesultanan Ternate, Moloku Kie Raha, yang berkedudukan di Kota Ternate, Maluku Utara, memiliki dua bendera sebagai panji kebesaran.

Satu benderanya berwarna kuning dengan lingkaran putih di tengah bertuliskan huruf Arab gundul “Al Mulk Buldan Ternate”.

Sedangkan satunya lagi yakni bendera berwarna hitam bertuliskan Kesultanan Ternate dengan lambang burung Goheba Dopolo Romdidi (Goheba berkepala dua).

Dua bendera ini selalu dikibarkan berdampingan mengapit bendera merah putih pada tiang bendera halaman depan Kedaton Kesultanan Ternate, di Bukit Limau Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara.

Keberadaan tiga bendera tersebut membuat kedaton yang dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada 24 November 1813, nampak megah dengan latar Gunung Gamalama.

Fanyira Kadato Kesultanan Ternate, Rizal Efendi mengatakan, bendera kuning merupakan Panji Sultan Ternate, sedangkan bendera hitam adalah Panji Rakyat Kesultanan Ternate. Rakyat dalam bahasa Ternate disebut Bala Kusu se Kano Kano.

“Filosofi dari ketiga bendera yang ada di depan (kedaton) itu, panji sultan atau melambangkan sultan itu mengawal merah putih karena merah putihnya di tengah, jadi sultan dan rakyat itu mengawal merah putih atau NKRI,” ujar Rizal, Selasa (7/10/2025).

Ia menjelaskan, pengibaran tiga bendera berdampingan sudah menjadi keputusan sultan-sultan terdahulu, dimulai dari Sultan Iskandar Djabir Sjah yang memilih bergabung dengan Indonesia.

Padahal berdasarkan sejarahnya, Sultan Iskandar Djabir Sjah atau kakek dari Sultan Ternate saat ini Hidayatullah Sjah pernah ditawari bergabung dengan Amerika Serikat.

“Sultan kala itu memilih bergabung dengan Republik Indonesia sekalipun ditawarkan oleh Amerika tetapi beliau (Sultan Iskandar) tetap bersikukuh bahwa negeri Ternate sudah diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta,” ulasnya.

Fakta menariknya dari dua bendera Kesultanan Ternate ini adalah bendera kuning atau Panji Sultan. Bendera tersebut kadang terlihat dikibarkan dan kadang pula tidak dikibarkan.

Pengibaran bendera kuning tersebut menjadi pemberi tanda, bahwa sultan atau yang kerap disebut Jo Ou/Ou sedang berada di Ternate, dan sebaliknya bila tidak dikibarkan menandakan sultan berada di luar daerah.

“Kalau panji kuning itu tidak ada di tiang bendera atau tidak naik, itu berarti Ou tidak ada di Ternate, tetapi kalau berkibar berarti Ou ada. Tandanya itu saja, jadi kalau mau lihat Ou ada atau tidak ada lihat bendera itu,” terang dia.

Sepintas bila dilihat dari kejauhan, tiga bendera yang dikibarkan ini memiliki posisi setara. Namun menurut Rizal, keberadaan bendera merah putih sebenarnya memiliki posisi yang istimewa.

Sebab kata dia, selain diapit dua bendera kebesaran Kesultanan Ternate sebagai tanda mengawal, posisi tiang bendera merah putih lebih tinggi sedikit dari dua tiang bendera lainnya.

“Di tengah itu merah putih ada kode, lebih tinggi sedikit karena diistimewakan. Ada kepalanya di atas tiang itu, dia lebih tinggi sedikit,” ucapnya.

Setiap hari, lanjut dia, ada pasukan adat Kesultanan Ternate yang bergiliran mengibarkan dan menurunkan bendera. Pasukan yang disebut Baru Baru itu bertutup kepala dengan tuala lipa berwarna kuning.

Para Baru Baru berasal dari kampung-kampung adat wilayah Kesultanan Ternate. Di samping melaksanakan tugas mengibarkan bendera, mereka juga menjaga dan merawat lingkungan Kedaton Kesultanan Ternate.

TernatePost.id
Editor